Sumber Gambar : Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia |
Sejarah dan Perkembangan
Epidemiologi
1.
Sejarah
Epidemiologi
Epidemiologi sudah cukup lama dikenal atau diperkenalkan dalam dunia
kesehatan dan kedokteran. Dikenal beberapa orang yang telah mematok sejarah
penting dalam perkembangan epidemiologi.
a. Hippocrates
(377-260 SM).
Hippocrates
adalah seorang filsuf dan dokter Yunani pasca- Socrates, yang dikenal sebagai
Bapak Kedokteran Modern. Hippocrates telah membebaskan hambatan filosofis cara
berpikir orang-orang pada zaman itu yang bersifat spekulatif dan superstitif
(tahayul) dalam memandang kejadian penyakit.
Hippocrates memberikan kontribusi besar dengan
konsep kausasi penyakit yang dikenal dalam epidemiologi dewasa ini, bahwa
penyakit terjadi karena interaksi antara = host-agent-environment‘ (penjamu -
agen- lingkungan). Dalam bukunya yang "On Airs, Waters and Places"
(¯Tentang Udara, Air, dan Tempat.) yang diterjemahkan Francis Adam, Hipoccrates
mengatakan, penyakit terjadi karena kontak dengan jazad hidup, dan berhubungan
dengan lingkungan eksternal maupun internal seseorang.
b. John
Graunt (1662)
Merupakan orang pertama melakukan kuantifikasi atas
kejadian kesakitan dan kematian dengan menganalisis laporan mingguan kelahiran
dan kematian di kota London.
c. William
Farr (1839)
Orang pertama yang menganalisis statistik kematian
untuk mengevaluasi masalah kesehatan. Ia juga yang mengembangkan beberapa
metode penting dalam epidemiologi seperti definisi populasi berisiko, populasi
pembanding,dll.
d. Antonio Van
Leeuwenhoek (1632-1732).
Dia seorang
ilmuan yang menemukan Mikroskop, penemu bakteri dan parasit, penemu
spermatozoa. Penemuan bakteri telah membuka tabir suatu penyakit yang berguna
untuk analisis epidemiologi selanjutnya.
e. Robert Koch
Dia memperkenalkan
Tubekulin yang dipakai untuk mendeteksi adanya riwayat infeksi Tuberkulosis
sebagai perangkap diagnosis TBC pada anak-anak. Dia juga terkenal dengan
Postulac Koch yang mengemukakan tentang konsep untuk menentukan kapan
mikroorganisme dapat dianggap penyebab suatu penyakit.
f.
Max Van Patternkofer
Dia
mengidentifikasikan penyebab sebuah penyakit, dia ingin membuktikan bahwa
vibrio bukanlah penyebab kolera.
g. Jhon Snow
(1854)
Orang pertama yang mengembangkan metode investigas
wabah yang dapat mengantarkan penyelidikan kea rah penyebab.
h. Percival
Pott
Dia
menganalisis tentang meningginya kejadian kanker skrotum di kalangan pekerja
pembersih cerobong asap dan dia menemukan bahwa tar yang terdapat pada cerobong
asap itulah yang menjadi biang keladinya. Dia dianggap sebagai bapak
epidemiologi modern.
i.
James Lind, 1747
Dia
mengamati bahwa ada kelompok tertentu dalam suatu pelayaran panjang yang
mengalami Scurvy (kurang vitamin c) hal ini dikarenakan mereka semuanya memakan
makanan kaleng. Dia dikenal sebagai bapak Trial Klinik.
10. Dool dan
Hill,1950
Mereka
adalah peneliti pertama yang mendesain penelitian yang melahirkan bukti adanya
hubungan antara rokok dan kanker paru. Keduanya adalah pelopor penelitian di
bidang epidemiologi klinik.
2. PERISTIWA
BERSEJARAH EPIDEMIOLOGI
Cukup banyak peristiwa-peristiwa penting bersejarah
sepanjang perjalanan waktu epidemiologi dari masa kemasa. Sebagian diantaranya
dapat disebutkan disini, yaitu :
a. The Black
Death
Pada abad
ke 13-14 terjadi epidemi penyakit dengan mortalitas tinggi di seluruh dunia,
disebut The Black Death (penyakit sampar, pes, Bubonic plague). Penyakit sampar
atau pes disebabkan oleh Yersinia pestis yang menginfeksi rodensia (terutama
tikus), lalu menular ke manusia melalui gigitan kutu (flea). Penyakit sampar
menyebabkan demam, pembengkakan kelenjar limfe, dan bercak-bercak merah di
kulit, sehingga wabah sampar disebut Bubonic Plague ( bubo‘ artinya inflamasi
dan pembengkaan kelenjar limfe). The Black Death membunuh hampir 100 juta
penduduk di seluruh dunia dalam tempo 300 tahun. Hampir sepertiga populasi
Eropa (sekitar 34 juta) meninggal karena penyakit tersebut. Kematian dalam
jumlah serupa terjadi pada penduduk China dan India. Timur Tengah dan benua
Afrika juga mengalami epidemic tersebut. Meskipun jumlah total tidak diketahui,
outbreak 1348 - 1349 diperkirakan telah membunuh 400,000 orang di Suriah .
Secara
tradisi The Black Death diyakini disebabkan oleh salah satu dari tiga bentuk
Yersinia pestis (bubonik, pnemonik, dan spetikemik). Tetapi beberapa ilmuwan
dewasa ini menduga, penyakit itu disebabkan suatu virus yang menyerupai Ebola
atau antraks. Dua peneliti biologi molekuler dari Universitas Liverpool,
Profesor Christopher Duncan dan Susan Scott, menganalisis sejarah Bubonic
Plague dan menerapkan biologi molekuler dengan modeling menggunakan komputer.
Berdasarkan analisis, Duncan dan Scott mengemukakan teori bahwa agen penyebab
wabah sampar bukan suatu bakteri melainkan filovirus yang ditularkan langsung dari
manusia ke manusia.
Menurut
Profesor Duncan, gejala The Black Death ditandai oleh demam mendadak, nyeri,
perdarahan organ dalam, dan efusi darah ke kulit yang menimbulkan bercak-bercak
di kulit, khususnya sekitar dada. Karena itu Duncan dan Scott menamai epidemi
penyakit sampar =wabah hemoragis‘ (haemmorhagic plague), bukan Bubonic Plague
yang lebih menonjolkan aspek pembesaran kelenjar limfe.
b.
Cacar dan Vaksinasi Edward Jenner (1749–1823).
Edward
Jenner adalah penemu metode pencegahan cacar yang lebih aman, disebut
vaksinasi. Cacar merupakan sebuah penyakit menular yang menyebabkan manifestasi
klinis berat dan sangat fatal. Penyakit ini disebabkan oleh virus Variola major
atau Variola minor. Cacar disebut Variola atau Variola vera, berasal dari kata
Latin = varius‘ yang berarti bercak, atau =varius‘ yang berarti gelembung
kulit. Terma =smallpox‘ dalam bahasa Inggris digunakan pertama kali di Eropa
pada abad ke 15 untuk membedakan cacar dengan =great pox‘ (sifilis). Masa
inkubasi sekitar 12 hari. Virus cacar menempatkan diri di dalam pembuluh darah
kecil di bawah kulit, mulut dan tenggorokan. Pada kulit penyakit ini
menyebabkan keropeng (ruam) berbentuk makulopapular, kemudian membentuk
gelembung kulit berisi cairan. Penderita cacar mengalami keropeng kulit,
sehingga disebut =speckled monster‘ (monster bernoda). Selain itu cacar
menyebabkan kebutaan karena ulserasi kornea dan infertilitas pada penderita
pria. Variola major lebih sering dijumpai, menyebabkan bentuk klinis yang
berat, dengan lebih banyak keropeng kulit, panas yang lebih tinggi, dengan case
fatality rate 30-35%. Angka kematian karena Variola major pada anak bisa
mencapai 80%. Variola minor memberikan manifestasi klinis yang lebih ringan
disebut alastrim, lebih jarang terjadi, dengan angka kematian sekitar 1% dari
korban.
c. Wabah
Kolera
Pada
1816-1826 terjadi pandemi pertama kolera di berbagai bagian dunia. Penyakit itu
menyerang korban dengan diare berat, muntah, sering kali berakibat fatal.
Pandemi dimulai di Bengal (India), lalu menyebar melintasi India tahun 1820.
Sebanyak 10,000 tentara Inggris dan tak terhitung pada penduduk India meninggal
selama pandemi tersebut. Pandemi kolera meluas ke China, Indonesia (lebih dari
100,000 orang meninggal di pulau Jawa saja), dan Laut Kaspia, sebelum akhirnya
mereda. Kematian di India antara 1817-1860 diperkirakan mencapai lebih dari 15
juta jiwa. Sebanyak 23 juta jiwa lainnya meninggal antara 1865-1917. Kematian
penduduk di Rusia pada periode yang sama mencapai lebih dari 2 juta jiwa.
Pandemi kolera kedua terjadi 1829-1851, mencapai Rusia, Hungaria (sekitar
100,000 orang meninggal) dan Jerman pada 1831, London pada 1832 (lebih dari
55,000 orang meninggal di Inggris), Perancis, Kanada (Ontario), dan Amerika
Serikat (New York) pada tahun yang sama, pantai Pasifik Amerika Utara pada
1834. Outbreak selama dua tahun terjadi di Inggris dan Wales pada 1848 dan
merenggut nyawa 52,000 jiwa.
d. Influenza Besar (1918 - 1919 )
Pada
Maret 1918 hingga Juni 1920 terjadi pandemi luar biasa yang disebut Influenza
Besar (Flu Spanyol, The Great Influenza). Peristiwa itu dianggap pandemi yang
paling mematikan dalam sejarah kemanusiaan. Penderita flu meninggal dalam tempo
beberapa hari atau beberapa jam sejak gejala klinis. Virus influenza strain
subtipe H1N1 yang sangat virulen diperkirakan menyerang 500 juta orang di seluruh
dunia dan membunuh 50 hingga 100 juta orang hanya dalam waktu 6 bulan. Tidak
seperti outbreak influenza lainnya, wabah Flu Spanyol tidak hanya menyerang
orang dewasa tetapi juga anak-anak. Sebuah studi mengatakan, wabah itu
menyerang 8-10 persen dari semua dewasa muda.
0 comments:
Post a Comment